Tuesday, June 12, 2012

Organisasi dan arsitektur pikiran


Organisasi dan Arsitektur pikiran sebenarnya mirip dengan seperangkat komputer. Sama seperti komputer, arsitektur pikiran terdiri atas file-file yang disimpan dalam folder-folder. Ketika lahir, bayi itu bersih dan putih seperti kertas. Orang tuanyalah yang berperan dalam selembar kertas itu. Orang tua mulai mengajaknya dengan   ekspresi wajah dan gerakan tubuh secara berulang-ulang sampai si buah hati bisa mengucapkan kata-kata. Seiring waktu berjalan, Ia mulai tumbuh besar dan memiliki pengetahuan sederhana tentang yang terjadi di lingkungan sekitarnya. Pengetahuan ini memberinya pengertian tentang apa yang Ia tangkap dan memberikan kata tertentu yang menggambarkan pengertian itu. Disinilah akal mulai membuka file-file kognitif bagi pengertian ini. Setiap kali mengetahui pengertian lain dari sebuah kata, terbentuklah file tersendiri untuk pengertian tersebut. Tiap-tiap file secara khusus memuat pengertian tertentu. Maka, ketika seorang anak mendapatkan pengalaman dalam pengertian tertentu, akalnya akan merekam pengalaman itu dalam file khusus.


Sebagai contoh, file untuk cinta. Setiap kali anak menemukan sesuatu yang berarti cinta, akalnya akan merekam sesuatu itu dalam file cinta. Contoh lain adalah file marah. Seorang anak akan merekam seluruh pengalaman marah yang terjadi dalam hidupnya dalam file marah. Begitulah akal terus melakukan proses membuka file dan menyimpan berbagai pengalaman ke dalam file-file yang sesuai dengan pengertian pengalaman yang ditemui seseorang . Dengan demikian, terbentuklah file kasih sayang, file toleransi, file ceria, file harga diri, file kehilangan, file citra diri, file percaya diri, file kebahagiaan, file kesengsaraan, file kesabaran dan lain-lain.


Ketika seseorang takut pada sesuatu, terbukalah file rasa takut di dalam otaknya. Setiap kali menghadapi rasa takut, baik sekedar memikirkannya atau membayangkannya, persepsinya akan meningkat dan rasa takut dalam file semakin menumpuk. Ada orang yang mencoba mengatasi rasa cemas, takut, gugup, kesepian dnn sebagainya dengan mengonsumsi obat. Padahal, obat-obatan itu tidak bisa mengubah file yang tersimpan dalam akal bawah sadarnya. Jadi, cara terbaik untuk mengatasi perasaan takut, cemas, gugup dan sebagainya adalah dengan memulai dari dalam. Sekuat apapun bantuan dari luar tidak akan efektif, kecuali kitalah yang menolong diri kita sendiri.



No comments:

Post a Comment