Organisasi dan Arsitektur pikiran sebenarnya mirip dengan
seperangkat komputer. Sama seperti komputer, arsitektur pikiran terdiri atas
file-file yang disimpan dalam folder-folder. Ketika lahir, bayi itu bersih dan
putih seperti kertas. Orang tuanyalah yang berperan dalam selembar kertas itu.
Orang tua mulai mengajaknya dengan ekspresi wajah dan gerakan
tubuh secara berulang-ulang sampai si buah hati bisa mengucapkan kata-kata.
Seiring waktu berjalan, Ia mulai tumbuh besar dan memiliki pengetahuan
sederhana tentang yang terjadi di lingkungan sekitarnya. Pengetahuan ini
memberinya pengertian tentang apa yang Ia tangkap dan memberikan kata tertentu
yang menggambarkan pengertian itu. Disinilah akal mulai membuka file-file
kognitif bagi pengertian ini. Setiap kali mengetahui pengertian lain dari
sebuah kata, terbentuklah file tersendiri untuk pengertian tersebut. Tiap-tiap
file secara khusus memuat pengertian tertentu. Maka, ketika seorang anak
mendapatkan pengalaman dalam pengertian tertentu, akalnya akan merekam
pengalaman itu dalam file khusus.
Sebagai contoh, file untuk cinta. Setiap kali anak menemukan
sesuatu yang berarti cinta, akalnya akan merekam sesuatu itu dalam file cinta.
Contoh lain adalah file marah. Seorang anak akan merekam seluruh pengalaman
marah yang terjadi dalam hidupnya dalam file marah. Begitulah akal terus
melakukan proses membuka file dan menyimpan berbagai pengalaman ke dalam
file-file yang sesuai dengan pengertian pengalaman yang ditemui seseorang .
Dengan demikian, terbentuklah file kasih sayang, file toleransi, file ceria,
file harga diri, file kehilangan, file citra diri, file percaya diri, file
kebahagiaan, file kesengsaraan, file kesabaran dan lain-lain.
Ketika seseorang takut pada sesuatu, terbukalah file rasa takut di
dalam otaknya. Setiap kali menghadapi rasa takut, baik sekedar memikirkannya
atau membayangkannya, persepsinya akan meningkat dan rasa takut dalam file
semakin menumpuk. Ada orang yang mencoba mengatasi rasa cemas, takut, gugup,
kesepian dnn sebagainya dengan mengonsumsi obat. Padahal, obat-obatan itu tidak
bisa mengubah file yang tersimpan dalam akal bawah sadarnya. Jadi, cara terbaik
untuk mengatasi perasaan takut, cemas, gugup dan sebagainya adalah dengan
memulai dari dalam. Sekuat apapun bantuan dari luar tidak akan efektif, kecuali
kitalah yang menolong diri kita sendiri.
No comments:
Post a Comment